Menjalankan usaha kecil memang bukan perkara mudah. Banyak pelaku UMKM memulai bisnis dengan modal nekat dan semangat tinggi, namun tanpa fondasi manajemen yang kuat. Akibatnya, usaha sulit berkembang atau bahkan gulung tikar saat menghadapi sedikit saja tekanan pasar.
Artikel ini membahas 10 masalah manajemen dasar yang paling umum dialami pelaku UMKM, beserta solusi konkret yang bisa langsung diterapkan — tanpa harus menunggu bisnis “besar dulu.”
Tidak Punya Rencana Bisnis yang Jelas
Banyak UMKM memulai usaha tanpa perencanaan matang. Usaha hanya bermodal intuisi, ikut-ikutan tren, atau karena melihat orang lain sukses lebih dulu. Padahal, tanpa arah yang jelas, bisnis akan cepat kehilangan fokus dan tujuan.
Dampaknya:
- Tidak tahu siapa target pasar.
- Bingung menentukan prioritas pengeluaran.
- Sulit berkembang karena tidak ada peta jalan.
Solusi Praktis:
- Buat rencana bisnis 1–2 halaman saja.
- Sertakan: visi, misi, deskripsi produk/jasa, target pasar, harga jual, strategi pemasaran, dan proyeksi pendapatan.
- Gunakan template business plan sederhana yang bisa diunduh gratis atau dibuat lewat Canva/Google Docs.
Keuangan Usaha Campur dengan Keuangan Pribadi
Kesalahan ini sangat sering terjadi. Banyak pelaku UMKM mencampur pemasukan usaha dengan pengeluaran pribadi, tanpa catatan yang jelas.
Dampaknya:
- Sulit mengetahui keuntungan atau kerugian.
- Dana usaha cepat habis untuk keperluan pribadi.
- Sulit mendapat investor atau pinjaman karena tidak punya laporan keuangan.
Solusi Praktis:
- Pisahkan rekening bank untuk usaha.
- Gunakan aplikasi kas sederhana seperti BukuWarung, AkuntansiUKM, atau Excel.
- Mulailah membuat laporan arus kas bulanan, meski sederhana.
Semua Pekerjaan Dikerjakan Sendiri
Pemilik UMKM sering merangkap semua peran: mulai dari produksi, pemasaran, admin, hingga melayani pelanggan. Ini membuat waktu habis untuk hal operasional, tanpa sempat berpikir strategis.
Dampaknya:
- Stres, kelelahan, dan burnout.
- Tidak bisa fokus pada hal penting seperti pengembangan produk atau pasar.
- Usaha mandek karena pemilik jadi bottleneck.
Solusi Praktis:
- Buat daftar pekerjaan harian dan mingguan.
- Identifikasi tugas yang bisa didelegasikan.
- Jika belum mampu menggaji staf, pertimbangkan kerja sama freelance atau berbagi tugas dengan keluarga/partner.
Manajemen Stok yang Berantakan
Stok barang tidak dicatat dengan rapi, hanya mengandalkan ingatan. Akibatnya, stok sering kosong atau menumpuk tidak laku.
Dampaknya:
- Pelanggan kecewa karena barang tidak tersedia.
- Modal tertahan dalam stok yang tidak bergerak.
- Tidak tahu produk mana yang paling laku.
Solusi Praktis:
- Gunakan buku stok manual atau aplikasi stok gratis.
- Catat barang masuk dan keluar secara rutin.
- Lakukan stok opname setiap bulan untuk mengecek akurasi.
Rekrutmen dan SDM Tanpa Perencanaan
Ketika usaha mulai ramai, banyak pelaku UMKM buru-buru merekrut staf tanpa proses seleksi atau pelatihan yang memadai.
Dampaknya:
- Karyawan bingung dan bekerja tidak maksimal.
- Produktivitas menurun karena tidak ada sistem kerja yang jelas.
- Terjadi konflik karena ekspektasi tidak sesuai.
Solusi Praktis:
- Buat jobdesk sederhana untuk setiap posisi.
- Lakukan briefing dan pelatihan dasar sebelum mulai kerja.
- Evaluasi kinerja secara rutin dan terbuka.
Promosi dan Pemasaran Tanpa Strategi
Promosi hanya dilakukan asal posting di media sosial tanpa memahami target pasar atau pesan yang ingin disampaikan.
Dampaknya:
- Konten tidak menjangkau audiens yang tepat.
- Pengeluaran iklan tidak efektif.
- Brand tidak dikenal secara konsisten.
Solusi Praktis:
- Kenali target pasar: siapa, umur berapa, masalah apa yang mereka hadapi?
- Gunakan prinsip STP (Segmentasi, Targeting, Positioning).
- Buat konten yang relevan, edukatif, dan konsisten.
Tidak Punya Target dan Evaluasi Bisnis
Bisnis dijalankan dari hari ke hari tanpa arah. Tidak ada target penjualan, target pelanggan baru, atau indikator keberhasilan.
Dampaknya:
Tidak ada ukuran kemajuan.
Keputusan diambil berdasarkan intuisi, bukan data.
Tidak tahu mana strategi yang berhasil atau gagal.
Solusi Praktis:
- Tetapkan KPI sederhana: omzet bulanan, repeat order, jumlah pelanggan baru.
- Buat laporan mingguan/bulanan untuk mengevaluasi capaian.
- Jadwalkan waktu khusus untuk review strategi dan perencanaan ke depan.
Kurangnya Kemampuan Komunikasi Bisnis
Banyak pelaku UMKM belum terbiasa berkomunikasi secara profesional. Baik saat bernegosiasi, menawarkan produk, atau membangun relasi bisnis.
Dampaknya:
- Gagal mendapat kerjasama atau mitra strategis.
- Pelanggan merasa kurang dihargai atau bingung.
- Hubungan bisnis cepat retak karena miskomunikasi.
Solusi Praktis:
- Pelajari komunikasi yang asertif dan sopan.
- Siapkan skrip dasar saat menawarkan produk.
- Selalu dengarkan pelanggan dan berikan tanggapan tepat waktu.
Lambat Beradaptasi dengan Perubahan
Banyak UMKM ragu atau takut mencoba hal baru, seperti digitalisasi, inovasi produk, atau metode pemasaran modern.
Dampaknya:
- Tertinggal dari pesaing yang lebih cepat berinovasi.
- Pelanggan pindah ke brand yang lebih modern.
- Potensi pertumbuhan terhambat.
Solusi Praktis:
Mulai dari hal kecil: daftar di Google Bisnisku, buka akun marketplace, atau buat katalog digital.
Ikuti pelatihan online gratis dari pemerintah atau platform seperti Skill Academy.
Bangun mindset belajar terus-menerus.
Tidak Mengurus Legalitas Usaha
Karena merasa masih usaha kecil, banyak UMKM belum mengurus izin resmi seperti NIB (Nomor Induk Berusaha) atau IUMK.
Dampaknya:
Sulit mengakses pinjaman resmi atau program bantuan pemerintah.
Tidak dipercaya oleh pembeli besar atau korporat.
Risiko ditutup oleh pihak berwenang saat razia.
Solusi Praktis:
Daftarkan usaha di OSS (Online Single Submission) secara gratis.
Urus NPWP Usaha jika ingin ekspansi ke skala lebih besar.
Legalitas tidak hanya penting secara hukum, tapi juga menaikkan kredibilitas usahamu.
Penutup: Bangun Manajemen, Kuatkan Pondasi Bisnismu
Masalah manajemen tidak selalu butuh solusi rumit. Bahkan langkah-langkah kecil seperti mencatat keuangan, membuat to-do list, atau memperjelas jobdesk bisa memberi perubahan besar dalam bisnis.
Ingat:
“Bisnis besar dibangun di atas pondasi manajemen kecil yang dikerjakan secara konsisten.”
Jadi, jangan tunggu usaha besar dulu baru belajar manajemen. Mulailah dari sekarang, dari yang paling dasar, dan lakukan dengan disiplin.