Model Pendidikan ‘Banking’ – Kelebihan dan Kekurangannya yang Perlu Anda Ketahui

Cirebonrayajeh.com – Metafora ini dikembangkan oleh Paulo Freire, seorang pendukung pendidikan progresif. Freire berpendapat bahwa sistem pendidikan di dunia Barat cenderung melihat guru sebagai penguasa yang mengontrol segalanya, sementara siswa hanya menjadi pendengar pasif tanpa peran aktif dalam proses belajar.

Dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed, Paulo Freire menggambarkan model pendidikan gaya bank sebagai sistem yang menempatkan guru sebagai pusat otoritas mutlak, sementara siswa hanya berperan sebagai penerima pasif. Berikut adalah 10 ciri utama model ini menurut Freire (2017, hlm. 73):

  • Guru mengajar, siswa diajar – Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, sedangkan siswa hanya menerima.
  • Guru tahu segalanya, siswa dianggap tidak tahu apa-apa – Siswa diperlakukan seolah-olah tidak memiliki pemahaman sendiri.
  • Guru berpikir, siswa dipikirkan – Siswa tidak didorong untuk berpikir secara mandiri; mereka hanya menjadi objek pemikiran guru.
  • Guru berbicara, siswa mendengarkan – Pembelajaran berlangsung satu arah, tanpa dialog yang mendorong pemahaman kritis.
  • Guru mendisiplinkan, siswa didisiplinkan – Siswa harus tunduk pada aturan tanpa ruang untuk bertanya atau berdiskusi.
  • Guru memilih, siswa menerima – Tidak ada kebebasan bagi siswa untuk menentukan jalannya pembelajaran.
  • Guru bertindak, siswa mengamati – Siswa hanya menyaksikan tanpa kesempatan untuk berpartisipasi aktif.
  • Guru menentukan kurikulum, siswa menyesuaikan – Pembelajaran tidak memperhitungkan kebutuhan atau pengalaman siswa.
  • Guru berwenang untuk menekan siswa – Sistem ini sering kali menciptakan ketimpangan kekuasaan yang menekan kreativitas dan pemikiran kritis siswa.
  • Guru adalah subjek, siswa adalah objek – Siswa dianggap sebagai entitas pasif, bukan individu yang mampu berpikir dan berkembang sendiri.

Model ini dikritik oleh Freire karena menghambat pemikiran kritis dan hanya menciptakan individu yang patuh tanpa kemampuan untuk memahami atau mengubah dunia di sekitar mereka. Sebagai alternatif, ia mengusulkan pendidikan dialogis, di mana guru dan siswa belajar bersama dalam hubungan yang lebih setara dan saling menghargai.

Sebagai alternatif, Friere mendukung pendidikan pembebasan atau problem-posing education, di mana guru dan siswa belajar bersama dalam kelas yang berfokus pada pemecahan masalah. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi juga aktif berdiskusi, berpikir kritis, dan menemukan solusi secara mandiri.

Definisi

Konsep pendidikan banking adalah sebuah metafora yang diciptakan oleh Paulo Friere untuk menggambarkan metode pengajaran di mana guru “menyimpan” atau “menyetorkan” pengetahuan ke dalam pikiran siswa, seperti memasukkan uang ke dalam celengan. Friere berpendapat bahwa pendekatan ini—yang umum digunakan pada abad ke-20—menjadikan siswa sebagai pembelajar pasif tanpa ruang untuk kreativitas atau pemikiran kritis.

Model ini juga diperkuat oleh sistem ujian standar, yang memaksa guru untuk hanya mengajarkan materi yang diujikan, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan jawaban mereka sendiri atas pertanyaan yang mereka miliki.

Alternatif Freire terhadap Model Pendidikan Gaya Bank

Prinsip utama dari perspektif Freire (yang berlawanan dengan model pendidikan gaya bank) dijelaskan sebagai berikut.

Baca Juga  Info Beasiswa Kuliah dan Biaya Pendidikan 2025: Penerimaan Mahasiswa Baru Kampus di Cirebon

Pedagogi Kritis Marxis: Pandangan Paulo Freire

Paulo Freire melihat pendidikan dari sudut pandang Marxis. Ia menganggap bahwa dalam sistem pendidikan, guru berperan sebagai penindas, sementara siswa adalah pihak yang tertindas. Menurutnya, sistem ini mengajarkan siswa untuk tunduk kepada pihak yang berkuasa.

Freire menggunakan konsep Marxis tentang hubungan antara penindas dan yang tertindas, yang juga menjadi inti dari kritik terhadap kapitalisme. Dalam konteks pendidikan, ia menjelaskan bahwa:

  • Guru sebagai penindas mengajarkan siswa untuk menerima posisi mereka sebagai pihak yang tertindas.
  • Siswa sebagai pihak tertindas belajar untuk menerima tempat mereka dalam hierarki sosial dan akhirnya menjadi pekerja yang melayani kepentingan kapitalis saat mereka dewasa. Sekolah menjadi tempat di mana mereka dibentuk agar patuh dan siap bekerja sesuai dengan kebutuhan sistem kapitalis.

Pendekatan ini menyoroti bagaimana pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga alat yang dapat digunakan untuk mempertahankan ketimpangan sosial dalam masyarakat.

Pengetahuan yang Ditransmisikan Merugikan Siswa

Salah satu strategi utama dalam pendidikan yang menekan kebebasan berpikir siswa adalah metode pengajaran berbasis transmisi pengetahuan. Metode ini berfokus pada pemberian informasi secara satu arah dari guru ke siswa, tanpa memberi ruang bagi pemikiran kritis atau pemahaman yang lebih mendalam. Berikut adalah beberapa ciri utama dari pendekatan ini:

  • Narasi oleh Guru: Guru menyampaikan fakta-fakta secara langsung kepada siswa, yang kemudian diharapkan untuk menghafalnya tanpa mempertanyakan atau memahami lebih dalam.
  • Repetisi Pasif oleh Siswa: Siswa hanya menjadi pendengar dan penghafal, tanpa diberi kesempatan untuk menganalisis atau menafsirkan materi yang diberikan. Dalam pandangan Freire (1970, hlm. 80), metode ini membuat siswa tidak benar-benar memahami, tetapi hanya mengingat isi pelajaran.
  • Mengabaikan Pengetahuan Sebelumnya: Guru tidak memperhitungkan pengalaman, kepercayaan, atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Guru berperan sebagai satu-satunya sumber kebenaran, sementara siswa diperlakukan seperti tabula rasa (halaman kosong) yang harus diisi.
  • Pengajaran Satu Arah untuk Seluruh Kelas: Perbedaan kemampuan, minat, dan opini siswa diabaikan. Guru menerapkan kurikulum kaku yang harus diikuti semua siswa, tanpa mempertimbangkan kebutuhan individu mereka.

Metode ini membatasi kreativitas, pemikiran kritis, dan pemahaman mendalam siswa, sehingga menghambat perkembangan mereka sebagai individu yang mandiri dan berpikir logis.

Guru sebaiknya berperan sebagai pembelajar bersama siswa.

Paulo Freire mendorong para guru untuk menjadi pendidik yang revolusioner, membebaskan diri mereka sendiri dan siswa dari sistem pendidikan yang menekan. Untuk mencapai hal ini, guru perlu menerapkan beberapa strategi mengajar berikut:

  • Mengubah Peran Guru: Freire berpendapat bahwa guru tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi ilmu, tetapi juga harus belajar bersama siswa. Ia menyatakan: “Guru bukan lagi sekadar orang yang mengajar, tetapi juga seseorang yang ikut belajar dalam dialog dengan siswa” (Freire, 1970, hlm. 80).
  • Menggunakan Pendekatan “Pendidikan Berbasis Masalah”: Dalam konteks modern, ini sering disebut sebagai problem-based education. Freire menekankan bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan fakta kepada siswa, tetapi lebih baik mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir kritis dan menemukan jawaban mereka sendiri.
  • Pembelajaran yang Praktis dan Relevan: Siswa seharusnya tidak hanya dibanjiri teori, tetapi lebih banyak belajar dengan berinteraksi langsung dengan dunia di sekitar mereka. Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan sesuai dengan kehidupan mereka. Freire menjelaskan: “Orang akan mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kritis ketika mereka berinteraksi dengan dunia tempat mereka berada” (Freire, 1970, hlm. 82).
Baca Juga  Apa Itu Psikologi? Rahasia di Balik Pikiran dan Perilaku Manusia!

Dengan menerapkan strategi ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis, partisipatif, dan bermakna bagi siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Filosofi Freire

Meskipun jelas bahwa Freire sangat menentang model pendidikan “banking”, bukan berarti model ini tidak memiliki kelebihan. Berikut adalah beberapa keunggulan dari pendekatan ini, diikuti dengan beberapa kelemahan utamanya.

Keuntungan Pendekatan Perbankan dalam Pendidikan

Pendekatan perbankan dalam pendidikan sering dianggap kurang efektif secara pedagogis, tetapi tetap memiliki beberapa keuntungan, terutama dalam situasi tertentu:

  • Kendali Guru yang Lebih Besar: Meskipun banyak yang menganggap pendekatan ini kurang baik, beberapa guru merasa bahwa metode ini membantu mengendalikan kelas yang sulit diatur. Dalam model ini, guru berperan sebagai otoritas utama yang mengelola kelas dengan ketat, mengurangi interupsi atau perdebatan yang dapat mengganggu proses pembelajaran.
  • Melestarikan Nilai dan Budaya: Pendekatan ini memungkinkan penyampaian nilai-nilai tradisional yang dianggap penting dan tidak boleh dipertanyakan. Dengan metode ini, kebijaksanaan yang sudah teruji dari generasi ke generasi dapat ditransmisikan secara langsung kepada siswa tanpa adanya perubahan atau penyesuaian terhadap tradisi.
  • Instruksi Langsung yang Diperlukan dalam Situasi Tertentu: Ada beberapa situasi di mana pembelajaran harus dilakukan dengan instruksi langsung, tanpa proses eksplorasi atau percobaan. Misalnya, dalam pelatihan keselamatan kebakaran atau prosedur keselamatan di tempat kerja, siswa perlu mendapatkan informasi yang jelas dan langsung agar tidak membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain.
  • Beberapa Siswa Menyukai Struktur yang Jelas: Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Beberapa siswa mungkin lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang langsung, terstruktur, dan tanpa ambiguitas. Mereka lebih suka mendapatkan informasi dengan jelas daripada harus mencari sendiri melalui eksplorasi atau diskusi terbuka.

Meskipun pendekatan ini memiliki keterbatasan, dalam situasi tertentu, ia tetap memiliki manfaat yang dapat mendukung efektivitas pembelajaran.

Kelemahan Pendekatan Perbankan dalam Pendidikan

Pendekatan perbankan dalam pendidikan memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

  • Kurangnya Pemikiran Kritis: Jika guru mengharapkan siswa menerima semua informasi tanpa mempertanyakannya, maka siswa tidak memiliki kesempatan untuk berpikir kritis. Padahal, keterampilan berpikir kritis sangat penting dalam dunia kerja di abad ke-21 yang menuntut analisis dan evaluasi informasi secara mandiri.
  • Minimnya Kreativitas: Ketika siswa hanya menerima informasi tanpa didorong untuk berpikir sendiri, mereka tidak akan pernah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Paulo Freire berpendapat bahwa “pendidikan model perbankan membius dan menghambat kekuatan kreatif” (Freire, 1970, hlm. 80).
  • Mempertahankan Ketimpangan Kekuasaan: Dalam model ini, guru memegang seluruh kendali, sementara siswa tidak diberi kesempatan untuk mempertanyakan otoritas. Freire berargumen bahwa pendekatan ini membuat siswa, terutama dari kalangan pekerja, terbiasa menerima posisi rendah dalam masyarakat tanpa mempertanyakan struktur yang ada.
Baca Juga  Belajar Psikologi dari Nol? Ini Cara Mudah Memahaminya!

Pendekatan ini dapat menghambat perkembangan intelektual siswa dan mengurangi kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan dunia modern.

Pesan Kritis Paulo Freire tentang Pendidikan dan Kebebasan

Berikut adalah kutipan dari bab kedua buku Pedagogy of the Oppressed karya Paulo Freire, yang menjelaskan model pendidikan “banking”. Dalam model ini, peserta didik diperlakukan seperti wadah kosong yang hanya menerima dan menyimpan pengetahuan dari pendidik, tanpa diberikan ruang untuk berpikir kritis atau berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Freire mengkritik pendekatan ini karena menghambat kesadaran dan pembebasan, serta mengusulkan pendidikan yang lebih dialogis dan membebaskan.

  • Paulo Freire (1970) mengkritik sistem pendidikan tradisional yang ia sebut sebagai pendidikan gaya bank. Dalam pendekatan ini, guru hanya mentransfer informasi ke siswa, seperti seseorang yang menyetor uang ke bank. Siswa hanya menerima, menghafal, dan mengulangi informasi tanpa benar-benar memahami atau mengembangkan pemikiran kritis mereka (hlm. 72).
  • Sebagai alternatif, Freire mengusulkan pendidikan pemecahan masalah (problem-posing education), di mana guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir, mempertanyakan, dan mendiskusikan materi tersebut. Dalam proses ini, guru juga ikut belajar dengan mempertimbangkan kembali pemahamannya seiring dengan tanggapan dan pemikiran siswa (hlm. 81).
  • Menurut Freire, pendidikan sejati harus membebaskan, bukan sekadar menjejalkan informasi ke dalam pikiran siswa seperti wadah kosong. Oleh karena itu, mereka yang benar-benar berkomitmen pada pembebasan harus menolak konsep pendidikan gaya bank sepenuhnya dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih interaktif dan partisipatif (hlm. 79).

Siapa Paulo Freire? Mengenal Tokoh Pendidikan Revolusioner

Paulo Freire adalah seorang pendidik, aktivis politik, dan sarjana asal Brasil yang dikenal dengan pemikirannya tentang pendidikan dan keadilan sosial. Lahir pada tahun 1921, Freire mengalami masa kecil yang sulit setelah ayahnya meninggal, menyebabkan keluarganya jatuh miskin. Kesulitan yang ia hadapi dalam belajar saat hidup dalam kemiskinan membentuk pandangan politiknya yang berorientasi pada Marxisme.

Meskipun awalnya masuk sekolah hukum di Recife, ia lebih tertarik pada pendidikan, filsafat, dan bahasa. Setelah lulus, ia memilih menjadi guru daripada melanjutkan karier sebagai pengacara.

Freire kemudian menjadi Direktur Pendidikan di sebuah universitas di Recife dan fokus pada pendidikan bagi masyarakat miskin Brasil. Namun, ketika terjadi kudeta militer pada tahun 1964, pemerintah yang baru menganggap ajaran Freire sebagai ancaman. Ia dipenjara selama 70 hari sebelum akhirnya mengasingkan diri ke luar negeri.

Di pengasingan, Freire terus menulis dan mengembangkan gagasan-gagasannya tentang pendidikan. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Pedagogy of the Oppressed (Pendidikan Kaum Tertindas), yang menjadi rujukan penting dalam dunia pendidikan dan gerakan sosial di berbagai negara.

Model Pendidikan Perbankan

Referensi

  • Friere, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.
  • Shor, I. (1987). Freire for the classroom: A sourcebook for liberatory teaching. New Hampshire: Heinemann Educational Books.
Cirebon Raya Jeh Team
Cirebon Raya Jeh adalah website yang hadir untuk mendukung dan mengembangkan potensi UMKM di Nusantara. Fokus utama kami adalah memberikan informasi yang relevan dan bermanfaat bagi pelaku usaha kecil dan menengah, dengan tujuan membantu mereka meraih kesuksesan dalam bisnis. Melalui berbagai konten yang inspiratif dan edukatif, Cirebon Raya Jeh berkomitmen untuk menjadi mitra strategis UMKM Indonesia.