Prabowo Subianto Letakkan Karangan Bunga di Piskarovskoye Memorial, Simbol Diplomasi dan Penghormatan Sejarah Rusia

Dua prajurit Rusia membawa karangan bunga utama dan meletakkannya dengan penuh kehormatan. Presiden Prabowo kemudian merapikan posisi karangan bunga dan memberikan penghormatan. Suasana makin khidmat ketika terdengar suara 24 ketukan metronome.

Berita45 Views

[Cirebonrayajeh.com | St. Petersburg, Rusia – Kamis, 19 Juni 2025] Dalam kunjungan resminya ke Federasi Rusia, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melaksanakan upacara penghormatan dan peletakan karangan bunga di Piskarovskoye Memorial Cemetery, St. Petersburg, pada Kamis, 19 Juni 2025. Upacara ini menjadi bagian penting dari rangkaian diplomatik yang memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia.

Setibanya di lokasi memorial, Presiden Prabowo disambut secara resmi oleh perwakilan tinggi Pemerintah Rusia. Mengikuti tata cara militer yang ketat, ia diarahkan menuju titik utama peletakan karangan bunga. Dua prajurit kehormatan Rusia membawa karangan bunga besar berwarna merah dan putih, lalu meletakkannya dengan penuh kehormatan di monumen utama. Presiden Prabowo maju ke depan, merapikan posisi karangan tersebut, dan memberikan penghormatan dalam suasana yang sangat khidmat.

Momen ini semakin menyentuh ketika terdengar 24 ketukan metronome, tradisi khas Rusia untuk mengenang para korban Perang Dunia II, terutama mereka yang gugur dalam Pengepungan Leningrad. Sekitar tiga juta jiwa menjadi korban dalam pengepungan tersebut, menjadikannya salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah perang modern.

Upacara tersebut dihadiri pula oleh delegasi tinggi Indonesia, antara lain Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares. Mereka turut meletakkan bunga bertangkai genap—sebuah simbol penghormatan menurut budaya Rusia.

Setelah penghormatan dilakukan, acara ditutup dengan sesi foto resmi dan defile pasukan kehormatan. Kegiatan ini tidak hanya merupakan penghormatan terhadap sejarah perjuangan rakyat Rusia, namun juga menjadi sinyal kuat akan hubungan yang semakin erat antara kedua negara.

Baca Juga  PPN Naik 12% per 1 Januari 2025: Begini Cara Menghitung dan Dampaknya untuk UMKM

Secara simbolik, kunjungan ini menunjukkan bahwa Indonesia menghargai sejarah dan nilai kemanusiaan lintas negara. Peletakan karangan bunga di Piskarovskoye Memorial menjadi langkah strategis dalam membangun narasi kerja sama yang setara dan saling menghormati. Ini mencerminkan sikap Indonesia yang berusaha menjalin hubungan dengan semua pihak tanpa terjebak dalam ketegangan geopolitik dunia.

Presiden Prabowo, yang juga dikenal memiliki latar belakang militer yang kuat, menggunakan momen ini untuk menyampaikan pesan kepemimpinan yang tegas, patriotik, dan terbuka terhadap kemitraan strategis global. Simbol-simbol militer dalam prosesi ini—dari ketukan metronome hingga defile pasukan kehormatan—semakin memperkuat citra Prabowo sebagai pemimpin nasionalis dan berorientasi pada kekuatan negara.

Lebih dari sekadar seremonial, momen ini merupakan bagian dari narasi besar yang sedang dibangun oleh Indonesia: menegaskan posisinya sebagai kekuatan menengah dunia yang bebas aktif dan tidak tunduk pada poros kekuatan global manapun.

Kritik Konstruktif: Antara Simbolisme, Strategi Politik, dan Legacy Diplomatik

Kehadiran Presiden Prabowo di Piskarovskoye Memorial membawa pesan strategis yang penting. Di sisi positif, ini merupakan langkah berani dalam memperluas cakrawala diplomasi Indonesia. Dalam dunia yang semakin multipolar, Indonesia menunjukkan diri sebagai negara yang menjalin hubungan atas dasar saling menghormati, tidak bergantung pada blok politik manapun. Ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang telah lama dipegang Indonesia.

Namun, simbolisme seperti ini juga mengandung potensi bias persepsi, terutama di tengah konflik global yang belum selesai, seperti perang Rusia-Ukraina. Tanpa komunikasi yang jernih dan diplomasi yang aktif, kunjungan ini bisa ditafsirkan sebagai kecenderungan Indonesia untuk berpihak, dan ini dapat menimbulkan friksi dengan negara-negara Barat yang juga merupakan mitra strategis Indonesia.

Baca Juga  UMKM, Saatnya Ekspansi ke Timur Tengah! Peluang Besar di Made in Indonesia Expo 2025

Solusinya adalah mengimbangi simbolisme dengan komunikasi luar negeri yang transparan dan konsisten. Pemerintah harus menjelaskan bahwa penghormatan terhadap sejarah Rusia tidak sama dengan dukungan terhadap semua kebijakan politiknya. Perlu penekanan bahwa Indonesia tetap menjunjung tinggi perdamaian dunia, hukum internasional, dan kerja sama yang berkeadilan.

Jika dikelola dengan bijak, momen ini dapat menjadi legacy diplomatik yang menunjukkan Indonesia sebagai kekuatan yang matang, mandiri, dan berani tampil sebagai jembatan dialog dalam dunia yang terus terbelah. Dengan narasi yang inklusif, tindakan yang hati-hati, dan strategi yang jelas, Indonesia bisa meninggalkan jejak sejarah yang tidak hanya simbolik, tetapi juga bermakna secara global.

Leave a Reply